PENGARUH MASALAH EKONOMI DALAM
KEUTUHAN KELUARGA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah konseling keluarga
Dosen Pengampu : Mulyani S.pd
Disusun Oleh
Nama : Mintasih Nugraheni
Kelas : IV F
NPM : 1110500093
BIMBINGAN
KONSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PANCASAKTI TEGAL
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
ini dengan tepat waktu.
Tugas ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah akhir konseling keluarga jurusan bimbingan
dan konseling di Universitas Pancasakti Tegal.
Terimakasih kepada Ibu Mulyani S.pd selaku dosen pengampu mata
kuliah konseling keluarga yang telah membimbing jalan nya penyusunan tugas mata
kuliah ini sehingga tugas ini dapat disusun dengan sebaik mungkin.
Demikian tugas ini disusun semoga dapat bermanfaat untuk pembaca,
agar kita dapat mengetahui sebab dan penyelesain masalah ekonomi dalam suatu
keluarga. Penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan tugas ini ada banyak
kekurangan baik kualitas isi maupun tulisan, karena kesempurnaan hanya milik
Allah dan kekurangan milik saya pribadi.
Tegal, 4 juni
2012
Penyusun
Mintasih
Nugraheni
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Ki Hajar Dewantara
berpendapat keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh
satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang
hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu
untuk memuliakan masing-masing anggotanya, sedangkan pengertian keluarga
menurut Sigmund Freud keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan
pria dan wanita. Bahwa menurut beliau keluarga merupakan manifestasi daripada dorongan
seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami isteri.
Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989)
:Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah,hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam
suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing dan menciptakan sertamempertahankan suatu kebudayaan.
Akhir-akhir ini
permasalahan rumah tangga merupakan hal yang
cukup memperihatinkan , dilihat dari tingginya pengaduan dan
gugatan tentang kasus-kasus rumah tangga yang disebabkan semakin
rendahnya moral dan pemahaman keagamaan serta pengaruh sulitnya
perekonomian keluarga sehingga menimbulkan permasalahan, saling tidak
menghargai antar sesama bahkan mengabaikan hukum dan adat istiadat yang
berlaku. Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya
kasus-kasus rumah tangga yang bisa berakibat buruk bagi kehidupan
anak-anaknya. Kesejahteraan masyarakat belum seperti diharapkan.
Prestasi belajar pun
dapat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi orang tua, motivasi belajar,dan
tingkat pemanfaatan fasilitas belajar. Orang tua memegang peran sangat penting
terhadap proses belajar siswa, orang tua berkewajiban memenuhi kebutuhan anak
untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Kondisi sosial ekonomi orang tua,
motivasi belajar dan tingkat pemanfaatan fasilitas belajar, secara bersama juga
dapat mendukung tercapainya prestasi belajar siswa secara maksimal.
B.
Ramusan masalah
v Penyebab masalah ekonomi
v Dampak masalah ekonomi terhadap anak-anak
v Sikap positif dalam keluarga
v Cara/solusi menyelesaikan masalah keluarga
C.
Tujuan Penulisan
v Untuk mengetahui bahwa keberhasilan keluarga adalah karena
komunikasi yang baik antar sesama anggota.
v Untuk mengetahui bahwa peran kepala keluarga sangat penting dalam
kebutuhan ekonomi dalam suatu keluarga.
v Mengetahui
gambaran sosial ekonomi orang tua, motivasi belajar, tingkat pemanfaatan
fasilitas belajar dan prestasi belajar siswa
v Mengetahui
pengaruh secara parsial dan simultan antara sosial ekonomi orang tua, motivasi
belajar, tingkat pemanfaatan fasilitas belajar
BAB II
PEMBAHASAN
Masalah
ekonomi yang sering muncul adalah pihak suami tidak mampu mencukupi kebutuhan
rumah tangganya, sehingga keluarganya hidup dalam serba kekurangan. Untuk
mencukupi kebutuhan yang ada maka isteri ikut bekerja. Yang sering jadi masalah
adalah jika penghasilan isteri melebihi penghasilan suami, maka isteri merasa
lebih tinggi derajatnya dari suami karena merasa berjasa sebagai penyelamat
keluarga. Bermula dari perasaan seperti inilah maka suami kemudian menjadi
merasa tidak nyaman berada di dekat isteri dan kemudian sering terjadi
pertengkaran yang akhirnya berakhir pada perceraian.
Berikut
adalah kasus nyata didaerah tegal, keluarga tersebut terdiri dari Warno 56
tahun kepala rumah tangga dan istri nya Sumi 45 tahun dan ke 5 anaknya Bari,
Narto, Diah, Windi, dan Lukman anak bungsu mereka.
Awal mula
Masalah ekonomi ini muncul berawal dari setelah mereka mempunyai
anak ke 5. Warno adalah lulusan SD dan istri nya sumi hanya lulusan SMP, sumi
termasuk dari keluarga yang berada sedangkan warno hanya perantau yang kerjanya
tidak tetap, setelah menikah mereka tinggal dirumah sumi karena warno tidak
punya apa-apa, awal nya perekonomian mereka baik-baik saja sampai ahirnya
mereka punya anak ke 5 warno merasa tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangganya, ahir nya sumi berjualan sayur didepan rumahnya untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari pertengkaran pun selalu terdengar setiap warno pulang
kerumah, merasa istrinya sudah mencukupi warno pun tidak bekerja ia hanya kerja
seadanya, dan uang nya pun hanya untuk dirinya sendiri ia hanya menjatah beras
1 bulan sekali kepada istrinya selebihnya istrinya yang memenuhi kebutuhan
rumah tangga.
Setiap kali bertengkar sering kali dengan fisik dan itu dilakukan
didepan anak-anak mereka, anak mereka yang paling kecil sekarang mulai terlihat
pertumbuhan psikis yang tidak baik, seperti suka berkata kasar tidak
menghormati kaka-kaka nya dan kerap kali berkelahi disekolah maupun
dilingkungan rumah. Setiap hari hanya seperti itu yang terjadi dalam rumah
tangga mereka, sekarang sumi tetap berjualan sayur untuk mencukupi kebutuhan
rumah tangga nya sedangkan warno hanya bekerja serabutan saja. Anak-anak nya
pun tidak jelas dalam keseharian nya karena bari pun sebagai anak pertama sudah
menikah dan lepas dari tanggung jawab terhadap kedua orang tua dan adik-adik
nya, sedangkan narto hanya kerja seadanya dan untuk memenuhi kebutuhanya
sendiri tetapi ia masih bergantung pada orang tua nya, dan diah pun yang masih
duduk dibangku SMA tidak begitu memperdulikan prestasi belajarnya karena
dianggapnya sudah tidak penting sekolahnya itu fasilitas untuk memenuhi
kebutuhan sekolahnya pun tak pernah ia rasakan karena masalah kesulitan ekonomi
yang dialami orang tuanya, sedangkan windi dan lukman mereka masih SD dan belum
mengerti cara mendapatkan uang.
Ada 3 Masalah Ekonomi Penyebab Keretakan Rumah Tangga
1.
Suami Mengalami Masalah Dengan
Pekerjaannya
Masalah ini biasanya karena PHK
sehingga sumber keuangan keluarga akan bermasalah. Apabila istri tidak dapat
membantu memikirkan jalan keluar yang baik. Biasanya suami akan mengalami
depresi akibat permasalahannya apalagi kalau sang istri tidak memperdulikan dan
mengerti masalah yang dihadapi suami. Sering terjadi keributan-keributan kecil
dan akan menjadi besar jika tidak diselesaikan dengan baik.
2. Istri Yang Selalu Menuntut Hidup
Berkecukupan
Biasanya istri dalam pergaulan hidup
mewah sehingga ia lupa berapa pendapatan suaminya, istri tidak memikirkan suami
bekerja sebagai apa? berpenghasilan berapa? Sanggupkah suaminya membelikan
barang-barang yang ia inginkan. Keegoisan ini yang sering menjadi masalah utama
dalam keluarga. Ketakutan sang istri yang menjadi keluarga miskin tetapi tidak
memperdulikan bagaimana suami yang bekerja kerja keras mencari nafkah. Masalah
ini harus dibicarakan dengan baik. Seharusnya dari awal suami istri mengetahui
keadaan ekonomi mereka dan membicarakan pengeluaran-pengeluaran yang harus
diutamakan sehingga akan tercipta keluarga sejahtera yang mereka dambakan.
3. Suami Yang Sibuk Dengan Pekerjaannya
Ini juga bisa menjadi masalah, suami
yang berharap dapat memenuhi kebutuhan keluaga dengan baik tanpa kekurangan.
Mungkin ia telah berhasil menjadi pengusaha sukses, namun ia lupa akan
keluarga. Disini yang menjadi masalah, suami yang sibuk bekerja, terkadang
istri juga sibuk mencari kegiatan di luar rumah dan akhirnya anak-anak yang
menjadi korban. Apabila ini terus dibiarkan, anak-anak merasa kurang
diperhatikan oleh kedua orangtuanya dan mencari cara untuk mendapatkan
perhatian orangtuanya, berkelahi, bolos sekolah dan membuat keributan di
sekolah sehingga pihak sekolah akan memanggil kedua orangtuanya untuk
menyelesaikan masalah anaknya. Apabila kedua orangtuanya tidak menyadari hal
ini, maka orangtua akan saling menyalahkan, bertengkar dan bertengkar sehingga
anak semakin frustasi. Komunikasi adalah yang terpenting dalam hal ini,
luangkan waktu untuk saling berkomunikasi dengan baik, waktu untuk bersama
walau sebentar sehingga masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Sikap Positif dalam Keluarga
Dalam menjalani kehidupan keluarga,
yang diperlukan adalah sikap positif untuk melewati berbagai peristiwa dan
persoalan. Kita tidak mungkin berharap memiliki keluarga yang tanpa masalah,
karena masalah adalah bumbu kehidupan. Semua orang punya masalah, semua
keluarga punya masalah. Maka jangan mempersoalkan masalah yang datang, jangan
takut terhadap permasalahan yang pasti akan menghadang.
Yang diperlukan adalah sikap positif
dalam menghadapi permasalahan kehidupan. Ekonomi itu adalah fasilitas hidup,
sama seperti kaki dan tangan kita. Tuhan memberikan anugerah kepada kita berupa
dua kaki dan dua tangan, sebagai fasilitas dan sarana agar kita mampu melakukan
berbagai kegiatan. Namun apabila fasilitas tersebut tidak kita miliki, bukan
berarti tidak bisa melakukan kegiatan sama sekali. Kisah Hirotada Ototake di
atas sudah cukup menjadi inspirasi.
Uang adalah bagian penting dalam
kehidupan, namun kebahagiaan bukan hanya terkait dengan uang. Banyak keluarga
memiliki dana melimpah ruah, memiliki fasilitas hidup yang berkecukupan, bahkan
berlebih, namun tak jarang keluarga mereka berantakan. Banyak orang kaya
gelisah dan mengalami depresi, sebagaimana banyak pula orang miskin yang mampu
merasakan kebahagiaan di tengah kesulitan hidup sehari-hari.
Dalam perspektif agama apapun,
kebahagiaan tidak pernah diletakkan pada satu sisi saja, apakah materi atau
rohani. Pasti melibatkan kedua sisi tersebut secara serasi dan seimbang. Dalai
Lama menggambarkan, kebahagiaan adalah perpaduan yang rumit antara
kesejahteraan material dan kepuasan spiritual. Hal ini menandakan, kebahgiaan
tidak bisa dilepaskan dari materi, namun tidak hanya bergantung kepada materi
saja. Karena rasa itu terletak di hati dan pikiran, maka kondisi spiritual
memegang peranan yang sangat sentral untuk menciptakan bahagia.
Berikut ini adalah beberapa cara dalam mengatasi / menyelesaikan
masalah rumah tangga :
1. Musyawarah Untuk Mufakat
Utamakan melakukan duduk bersama dalam suatu forum untuk
mendapatkan keputusan bersama yang terbaik yang disepakati oleh semua pihak.
Dengan melakukan musyawarah maka setiap anggota keluarga akan merasa dihargai
pendapatnya. Kepala keluarga bertindak sebagai pimpinan musyawarah yang
dituntut untuk bertindak bijaksana, adil dan tidak memaksakan kehendak.
2. Belajar dari Pengalaman Orang Lain
Banyak orang lain yang memiliki masalah yang sama atau mirip dengan
masalah anda, sehingga tidak ada salahnya belajar dari pengalaman orang lain
yang telah lalu. Kita bisa cari pengalaman orang lain di internet atau bertanya
langsung kepada orang yang pernah menghadapi masalah serupa. Lihat bagaimana
keputusan yang baik dan keputusan yang buruk sebagai pelajaran bagi kita.
3. Mencari Dukungan Anggota Keluarga
Untuk mengatasi masalah satu orang yang kita yakin salah kita butuh
dukungan anggota keluarga lain untuk mendukung tindakan kita untuk mengatasi
masalah satu orang itu. Dengan begitu orang yang salah itu akan merasa harus
berubah karena anggota keluarga yang lain menginginkannya.
4. Selesaikan Yang Penting-Penting Dahulu (Skala Prioritas)
masalah-malasah yang sepele jangan dibesar-besarkan. Masalah kecil
bisa diabaikan selama tidak berpotensi berubah menjadi besar. Selesaikan dulu
yang dirasa harus segera diatasi agar tidak menimbulkan gejolak besar dalam
kehidupan berumahtangga.
5. Berbagi Tugas dalam Penyelesaian Masalah
Jangan menyelesaikan semua masalah sendirian. Ajaklah isteri atau
suami, mertua, orangtua, saudara kandung, saudara ipar, anak-anak dan bahkan
tetangga kita tergantung jenis masalahnya. Jika kita menganggung beban sendiri,
dalam jangka panjang kita bisa stres sendiri pada akhirnya. Anak-anak yang
sudah besar bisa kita ajak menyelesaikan masalah keluarga. Bisa jadi anak kita
lebih hebat dalam mencari solusi atau jalan keluar masalah-masalah yang ada.
6. Yang Waras Yang Mengalah
Jika sudah menghadapi orang yang keras kepala maupun yang tidak
waras maka salah satu solusi terbaik adalah dengan mengalah dan anggap masalah
itu tidak ada. Kalau sudah bertemu dengan orang yang pokoknya harus begini
pokoknya harus begitu, maka apapun yang kita katakan bisa mentah karena orang
tersebut akan terus ngotot walaupun dia tahu dia salah.
7. Terkadang Harus Berani Malu dan Nekad
Untuk mengatasi suatu masalah terkadang harus mengorbankan perasaan
kita. Misalnya seperti untuk mengatasi masalah ekonomi seorang mantan orang
kaya harus menebalkan muka ketika mencoba berjualan sesuatu di depan
orang-orang yang dikenalnya. Contoh lainnya lagi yaitu harus berani malu mengakui
kesalahan diri sendiri jika memang salah dan kembali ke jalan yang benar secara
konsekuen.
8. Menggunakan Otak bukan Otot
Kekerasan sudah tidak lagi cocok dipakai sebagai salah satu cara
untuk mengatasi masalah di zaman sekarang ini. Bisa-bisa pelaku kekerasan di
dalam rumah tangga bisa dijerat pasal pidana yang berujung pada hukuman
penjara. Sudah masuk penjara, pasangan pun minta cerai dan anak-anak bukan
berada dalam kewenangan kita lagi. Emosi pun juga jangan digunakan ketika
sedang menyelesaikan masalah karena emosi membuat keputusan yang diambil kurang
maksimal dan dapat memunculkan masalah baru yang tak kalah beratnya.
9. Jangan Sampai Banyak Orang Tahu
Semakin banyak orang luar yang tahu masalah kita, maka bisa semakin
melebar masalahnya dan berpotensi memunculkan masalah-masalah baru yang tidak
kalah pelik. Ibaratnya masalah adalah aib yang harus kita tutup-tutupi dari
orang-orang yang tidak perlu mengetahuinya. Masalah suami isteri sebaiknya
tidak diketahui anak-anak, orangtua apa lagi tetangga dan orang lain yang tidak
kenal dengan kita.
10. Setiap Perjuangan Butuh Pengorbanan
Dalam menyelesaikan suatu masalah mungkin membutuhkan biaya, waktu,
tenaga, pikiran, perasaan, dan lain-lain. Yang kita harus lakukan adalah banyak
bersabar dan ikhlas berkorban banyak sumber daya demi percepatan penyelesaian
masalah. Yang pasti sumber daya yang dikorbankan harus sesuai dengan apa yang
akan kita dapat. Jangan berkorban banyak hanya untuk menyelesaikan masalah yang
tidak penting.
BAB III
Kesimpulan dan Saran
Maka
kesimpulannya disarankan kepada pihak yang tekait yakni orang tua siswa
diharapkan meningkatkan pendapatan dan membatasi kepemilikan anak karena
dengan memiliki sedikit anak, kemampuan membiayai studi anak lebih baik
daripada keluarga yang memiliki banyak anak dan berpendapatan rendah. Orang tua
diharapkan memenuhi kebutuhan material dan spiritual dengan mengontrol
perkembangan anak, memberikan perhatian serta bantuan pada waktu mengalami
kesulitan belajar. Orang tua diharuskan lebih mengutamakan penyediaan fasilitas
belajar anak dengan cara menabung.
Ass.. boleh tahu tidak, sumbernya dari buku mana?
BalasHapus