Selasa, 03 Juli 2012

CONTOH MAKALAH


PENGARUH  MASALAH EKONOMI DALAM KEUTUHAN KELUARGA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah konseling keluarga
Dosen Pengampu : Mulyani S.pd

 Disusun Oleh
Nama              : Mintasih Nugraheni
Kelas               : IV F
NPM               : 1110500093



BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.
Tugas ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah akhir  konseling keluarga jurusan bimbingan dan konseling di Universitas Pancasakti Tegal.
Terimakasih kepada Ibu Mulyani S.pd selaku dosen pengampu mata kuliah konseling keluarga yang telah membimbing jalan nya penyusunan tugas mata kuliah ini sehingga tugas ini dapat disusun dengan sebaik mungkin.
Demikian tugas ini disusun semoga dapat bermanfaat untuk pembaca, agar kita dapat mengetahui sebab dan penyelesain masalah ekonomi dalam suatu keluarga. Penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan tugas ini ada banyak kekurangan baik kualitas isi maupun tulisan, karena kesempurnaan hanya milik Allah dan kekurangan milik saya pribadi.


Tegal, 4 juni 2012
Penyusun

Mintasih Nugraheni





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Ki Hajar Dewantara berpendapat keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya, sedangkan pengertian keluarga menurut Sigmund Freud keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Bahwa menurut beliau keluarga merupakan manifestasi daripada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami isteri.
Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989) :Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan sertamempertahankan suatu kebudayaan.
Akhir-akhir ini  permasalahan rumah tangga  merupakan  hal  yang  cukup memperihatinkan , dilihat dari tingginya pengaduan  dan gugatan  tentang kasus-kasus rumah tangga yang  disebabkan semakin rendahnya moral dan pemahaman keagamaan serta pengaruh  sulitnya perekonomian keluarga  sehingga menimbulkan permasalahan, saling tidak menghargai antar sesama  bahkan mengabaikan hukum dan adat istiadat yang berlaku. Faktor ekonomi  merupakan salah satu  penyebab terjadinya kasus-kasus rumah  tangga yang bisa berakibat buruk  bagi kehidupan anak-anaknya. Kesejahteraan masyarakat  belum seperti diharapkan.
Prestasi belajar pun dapat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi orang tua, motivasi belajar,dan tingkat pemanfaatan fasilitas belajar. Orang tua memegang peran sangat penting terhadap proses belajar siswa, orang tua berkewajiban memenuhi kebutuhan anak untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Kondisi sosial ekonomi orang tua, motivasi belajar dan tingkat pemanfaatan fasilitas belajar, secara bersama juga dapat mendukung tercapainya prestasi belajar siswa secara  maksimal.

B.     Ramusan masalah
v  Penyebab masalah ekonomi
v  Dampak masalah ekonomi terhadap anak-anak
v  Sikap positif dalam keluarga
v  Cara/solusi menyelesaikan masalah keluarga

C.    Tujuan Penulisan
v  Untuk mengetahui bahwa keberhasilan keluarga adalah karena komunikasi yang baik antar sesama anggota.
v  Untuk mengetahui bahwa peran kepala keluarga sangat penting dalam kebutuhan ekonomi dalam suatu keluarga.
v  Mengetahui gambaran sosial ekonomi orang tua, motivasi belajar, tingkat pemanfaatan fasilitas belajar dan prestasi belajar siswa
v  Mengetahui pengaruh secara parsial dan simultan antara sosial ekonomi orang tua, motivasi belajar, tingkat pemanfaatan fasilitas belajar












BAB II
PEMBAHASAN
Masalah ekonomi yang sering muncul adalah pihak suami tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangganya, sehingga keluarganya hidup dalam serba kekurangan. Untuk mencukupi kebutuhan yang ada maka isteri ikut bekerja. Yang sering jadi masalah adalah jika penghasilan isteri melebihi penghasilan suami, maka isteri merasa lebih tinggi derajatnya dari suami karena merasa berjasa sebagai penyelamat keluarga. Bermula dari perasaan seperti inilah maka suami kemudian menjadi merasa tidak nyaman berada di dekat isteri dan kemudian sering terjadi pertengkaran yang akhirnya berakhir pada perceraian.
Berikut adalah kasus nyata didaerah tegal, keluarga tersebut terdiri dari Warno 56 tahun kepala rumah tangga dan istri nya Sumi 45 tahun dan ke 5 anaknya Bari, Narto, Diah, Windi, dan Lukman anak bungsu mereka.
Awal mula
Masalah ekonomi ini muncul berawal dari setelah mereka mempunyai anak ke 5. Warno adalah lulusan SD dan istri nya sumi hanya lulusan SMP, sumi termasuk dari keluarga yang berada sedangkan warno hanya perantau yang kerjanya tidak tetap, setelah menikah mereka tinggal dirumah sumi karena warno tidak punya apa-apa, awal nya perekonomian mereka baik-baik saja sampai ahirnya mereka punya anak ke 5 warno merasa tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, ahir nya sumi berjualan sayur didepan rumahnya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari pertengkaran pun selalu terdengar setiap warno pulang kerumah, merasa istrinya sudah mencukupi warno pun tidak bekerja ia hanya kerja seadanya, dan uang nya pun hanya untuk dirinya sendiri ia hanya menjatah beras 1 bulan sekali kepada istrinya selebihnya istrinya yang memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Setiap kali bertengkar sering kali dengan fisik dan itu dilakukan didepan anak-anak mereka, anak mereka yang paling kecil sekarang mulai terlihat pertumbuhan psikis yang tidak baik, seperti suka berkata kasar tidak menghormati kaka-kaka nya dan kerap kali berkelahi disekolah maupun dilingkungan rumah. Setiap hari hanya seperti itu yang terjadi dalam rumah tangga mereka, sekarang sumi tetap berjualan sayur untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga nya sedangkan warno hanya bekerja serabutan saja. Anak-anak nya pun tidak jelas dalam keseharian nya karena bari pun sebagai anak pertama sudah menikah dan lepas dari tanggung jawab terhadap kedua orang tua dan adik-adik nya, sedangkan narto hanya kerja seadanya dan untuk memenuhi kebutuhanya sendiri tetapi ia masih bergantung pada orang tua nya, dan diah pun yang masih duduk dibangku SMA tidak begitu memperdulikan prestasi belajarnya karena dianggapnya sudah tidak penting sekolahnya itu fasilitas untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya pun tak pernah ia rasakan karena masalah kesulitan ekonomi yang dialami orang tuanya, sedangkan windi dan lukman mereka masih SD dan belum mengerti cara mendapatkan uang.
Ada 3 Masalah Ekonomi Penyebab Keretakan Rumah Tangga
1.    Suami Mengalami Masalah Dengan Pekerjaannya
Masalah ini biasanya karena PHK sehingga sumber keuangan keluarga akan bermasalah. Apabila istri tidak dapat membantu memikirkan jalan keluar yang baik. Biasanya suami akan mengalami depresi akibat permasalahannya apalagi kalau sang istri tidak memperdulikan dan mengerti masalah yang dihadapi suami. Sering terjadi keributan-keributan kecil dan akan menjadi besar jika tidak diselesaikan dengan baik.
2. Istri Yang Selalu Menuntut Hidup Berkecukupan
Biasanya istri dalam pergaulan hidup mewah sehingga ia lupa berapa pendapatan suaminya, istri tidak memikirkan suami bekerja sebagai apa? berpenghasilan berapa? Sanggupkah suaminya membelikan barang-barang yang ia inginkan. Keegoisan ini yang sering menjadi masalah utama dalam keluarga. Ketakutan sang istri yang menjadi keluarga miskin tetapi tidak memperdulikan bagaimana suami yang bekerja kerja keras mencari nafkah. Masalah ini harus dibicarakan dengan baik. Seharusnya dari awal suami istri mengetahui keadaan ekonomi mereka dan membicarakan pengeluaran-pengeluaran yang harus diutamakan sehingga akan tercipta keluarga sejahtera yang mereka dambakan.

3. Suami Yang Sibuk Dengan Pekerjaannya
Ini juga bisa menjadi masalah, suami yang berharap dapat memenuhi kebutuhan keluaga dengan baik tanpa kekurangan. Mungkin ia telah berhasil menjadi pengusaha sukses, namun ia lupa akan keluarga. Disini yang menjadi masalah, suami yang sibuk bekerja, terkadang istri juga sibuk mencari kegiatan di luar rumah dan akhirnya anak-anak yang menjadi korban. Apabila ini terus dibiarkan, anak-anak merasa kurang diperhatikan oleh kedua orangtuanya dan mencari cara untuk mendapatkan perhatian orangtuanya, berkelahi, bolos sekolah dan membuat keributan di sekolah sehingga pihak sekolah akan memanggil kedua orangtuanya untuk menyelesaikan masalah anaknya. Apabila kedua orangtuanya tidak menyadari hal ini, maka orangtua akan saling menyalahkan, bertengkar dan bertengkar sehingga anak semakin frustasi. Komunikasi adalah yang terpenting dalam hal ini, luangkan waktu untuk saling berkomunikasi dengan baik, waktu untuk bersama walau sebentar sehingga masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Sikap Positif dalam Keluarga
Dalam menjalani kehidupan keluarga, yang diperlukan adalah sikap positif untuk melewati berbagai peristiwa dan persoalan. Kita tidak mungkin berharap memiliki keluarga yang tanpa masalah, karena masalah adalah bumbu kehidupan. Semua orang punya masalah, semua keluarga punya masalah. Maka jangan mempersoalkan masalah yang datang, jangan takut terhadap permasalahan yang pasti akan menghadang.
Yang diperlukan adalah sikap positif dalam menghadapi permasalahan kehidupan. Ekonomi itu adalah fasilitas hidup, sama seperti kaki dan tangan kita. Tuhan memberikan anugerah kepada kita berupa dua kaki dan dua tangan, sebagai fasilitas dan sarana agar kita mampu melakukan berbagai kegiatan. Namun apabila fasilitas tersebut tidak kita miliki, bukan berarti tidak bisa melakukan kegiatan sama sekali. Kisah Hirotada Ototake di atas sudah cukup menjadi inspirasi.
Uang adalah bagian penting dalam kehidupan, namun kebahagiaan bukan hanya terkait dengan uang. Banyak keluarga memiliki dana melimpah ruah, memiliki fasilitas hidup yang berkecukupan, bahkan berlebih, namun tak jarang keluarga mereka berantakan. Banyak orang kaya gelisah dan mengalami depresi, sebagaimana banyak pula orang miskin yang mampu merasakan kebahagiaan di tengah kesulitan hidup sehari-hari.
Dalam perspektif agama apapun, kebahagiaan tidak pernah diletakkan pada satu sisi saja, apakah materi atau rohani. Pasti melibatkan kedua sisi tersebut secara serasi dan seimbang. Dalai Lama menggambarkan, kebahagiaan adalah perpaduan yang rumit antara kesejahteraan material dan kepuasan spiritual. Hal ini menandakan, kebahgiaan tidak bisa dilepaskan dari materi, namun tidak hanya bergantung kepada materi saja. Karena rasa itu terletak di hati dan pikiran, maka kondisi spiritual memegang peranan yang sangat sentral untuk menciptakan bahagia.
Berikut ini adalah beberapa cara dalam mengatasi / menyelesaikan masalah rumah tangga  :
1. Musyawarah Untuk Mufakat
Utamakan melakukan duduk bersama dalam suatu forum untuk mendapatkan keputusan bersama yang terbaik yang disepakati oleh semua pihak. Dengan melakukan musyawarah maka setiap anggota keluarga akan merasa dihargai pendapatnya. Kepala keluarga bertindak sebagai pimpinan musyawarah yang dituntut untuk bertindak bijaksana, adil dan tidak memaksakan kehendak.
2. Belajar dari Pengalaman Orang Lain
Banyak orang lain yang memiliki masalah yang sama atau mirip dengan masalah anda, sehingga tidak ada salahnya belajar dari pengalaman orang lain yang telah lalu. Kita bisa cari pengalaman orang lain di internet atau bertanya langsung kepada orang yang pernah menghadapi masalah serupa. Lihat bagaimana keputusan yang baik dan keputusan yang buruk sebagai pelajaran bagi kita.
3. Mencari Dukungan Anggota Keluarga
Untuk mengatasi masalah satu orang yang kita yakin salah kita butuh dukungan anggota keluarga lain untuk mendukung tindakan kita untuk mengatasi masalah satu orang itu. Dengan begitu orang yang salah itu akan merasa harus berubah karena anggota keluarga yang lain menginginkannya.
4. Selesaikan Yang Penting-Penting Dahulu (Skala Prioritas)
masalah-malasah yang sepele jangan dibesar-besarkan. Masalah kecil bisa diabaikan selama tidak berpotensi berubah menjadi besar. Selesaikan dulu yang dirasa harus segera diatasi agar tidak menimbulkan gejolak besar dalam kehidupan berumahtangga.
5. Berbagi Tugas dalam Penyelesaian Masalah
Jangan menyelesaikan semua masalah sendirian. Ajaklah isteri atau suami, mertua, orangtua, saudara kandung, saudara ipar, anak-anak dan bahkan tetangga kita tergantung jenis masalahnya. Jika kita menganggung beban sendiri, dalam jangka panjang kita bisa stres sendiri pada akhirnya. Anak-anak yang sudah besar bisa kita ajak menyelesaikan masalah keluarga. Bisa jadi anak kita lebih hebat dalam mencari solusi atau jalan keluar masalah-masalah yang ada.
6. Yang Waras Yang Mengalah
Jika sudah menghadapi orang yang keras kepala maupun yang tidak waras maka salah satu solusi terbaik adalah dengan mengalah dan anggap masalah itu tidak ada. Kalau sudah bertemu dengan orang yang pokoknya harus begini pokoknya harus begitu, maka apapun yang kita katakan bisa mentah karena orang tersebut akan terus ngotot walaupun dia tahu dia salah.
7. Terkadang Harus Berani Malu dan Nekad
Untuk mengatasi suatu masalah terkadang harus mengorbankan perasaan kita. Misalnya seperti untuk mengatasi masalah ekonomi seorang mantan orang kaya harus menebalkan muka ketika mencoba berjualan sesuatu di depan orang-orang yang dikenalnya. Contoh lainnya lagi yaitu harus berani malu mengakui kesalahan diri sendiri jika memang salah dan kembali ke jalan yang benar secara konsekuen.
8. Menggunakan Otak bukan Otot
Kekerasan sudah tidak lagi cocok dipakai sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah di zaman sekarang ini. Bisa-bisa pelaku kekerasan di dalam rumah tangga bisa dijerat pasal pidana yang berujung pada hukuman penjara. Sudah masuk penjara, pasangan pun minta cerai dan anak-anak bukan berada dalam kewenangan kita lagi. Emosi pun juga jangan digunakan ketika sedang menyelesaikan masalah karena emosi membuat keputusan yang diambil kurang maksimal dan dapat memunculkan masalah baru yang tak kalah beratnya.
9. Jangan Sampai Banyak Orang Tahu
Semakin banyak orang luar yang tahu masalah kita, maka bisa semakin melebar masalahnya dan berpotensi memunculkan masalah-masalah baru yang tidak kalah pelik. Ibaratnya masalah adalah aib yang harus kita tutup-tutupi dari orang-orang yang tidak perlu mengetahuinya. Masalah suami isteri sebaiknya tidak diketahui anak-anak, orangtua apa lagi tetangga dan orang lain yang tidak kenal dengan kita.
10. Setiap Perjuangan Butuh Pengorbanan
Dalam menyelesaikan suatu masalah mungkin membutuhkan biaya, waktu, tenaga, pikiran, perasaan, dan lain-lain. Yang kita harus lakukan adalah banyak bersabar dan ikhlas berkorban banyak sumber daya demi percepatan penyelesaian masalah. Yang pasti sumber daya yang dikorbankan harus sesuai dengan apa yang akan kita dapat. Jangan berkorban banyak hanya untuk menyelesaikan masalah yang tidak penting.


















BAB III
Kesimpulan dan Saran
Maka kesimpulannya disarankan kepada pihak yang tekait yakni orang tua siswa diharapkan meningkatkan pendapatan dan  membatasi kepemilikan anak karena dengan memiliki sedikit anak, kemampuan membiayai studi anak lebih baik daripada keluarga yang memiliki banyak anak dan berpendapatan rendah. Orang tua diharapkan memenuhi kebutuhan material dan spiritual dengan mengontrol perkembangan anak, memberikan perhatian serta bantuan pada waktu mengalami kesulitan belajar. Orang tua diharuskan lebih mengutamakan penyediaan fasilitas belajar anak dengan cara menabung.

1 komentar: